Maraknya Tindak Kekerasan Dalam Berpacaran
Pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang
diwarnai keintiman dimana satu sama lain terlibat dalam perasaan cinta dan
saling mengakui pasangannya sebagai pacar. Melalui berpacaran seseorang akan
mempelajari mengenai perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan dan
berbagi dalam hubungan dengan orang lain. Salah satu tugas perkembangan dewasa
muda adalah berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain.
Namun pada kenyataannya, seringkali terjadi bahwa pacaran yang dilakukan remaja dapat menjurus kepada hal-hal yang negatif, misalnya pacaran diiringi dengan perilaku seksual pranikah, kekerasan dalam berpacaran, bahkan tidak jarang terjadi kasus-kasus pembunuhan, perkosaan hingga maraknya kasus-kasus hubungan seksual yang direkam melalui handphone. Salah satu fenomena yang saat ini semakin banyak muncul pada hubungan berpacaran adalah kekerasan dalam pacaran (KDP).
Namun pada kenyataannya, seringkali terjadi bahwa pacaran yang dilakukan remaja dapat menjurus kepada hal-hal yang negatif, misalnya pacaran diiringi dengan perilaku seksual pranikah, kekerasan dalam berpacaran, bahkan tidak jarang terjadi kasus-kasus pembunuhan, perkosaan hingga maraknya kasus-kasus hubungan seksual yang direkam melalui handphone. Salah satu fenomena yang saat ini semakin banyak muncul pada hubungan berpacaran adalah kekerasan dalam pacaran (KDP).
Data kasus kekerasan yang ditangani oleh Jaringan
Relawan Independen (JaRI) periode April 2002-Juni 2007, yakni, dari 263 kasus
kekerasan yang masuk, ada 92% korban perempuan (sekitar 242 orang). Dimana
sepertiganya merupakan kekerasan dalam pacaran (KDP). Sementara itu, kasus
kekerasan dalam pacaran (KDP) dan perkosaan pun menjadi kasus dominan yang
ditangani Rifka Annisa Women`s Crisis Center asal Yogyakarta, setelah kekerasan
terhadap istri. Selama 14 tahun terakhir, dari 3.627 kasus kekerasan terhadap
perempuan yang terungkap, sekitar 26 % di antaranya adalah kekerasan dalam
pacaran (KDP) dan perkosaan. Rifka Annisa (2002) mencatat bahwa kekerasan
terhadap perempuan yang terjadi antara bulan Januari-Juli 2002 tercatat
sebanyak 248 kasus. Dimana 60 kasus merupakan kekerasan pada masa pacaran (KDP)
dan perkosaan 30 kasus.
Fenomena kekerasan dalam pacaran (KDP) sebenarnya
seperti gunung es. Sebab, angka-angka tersebut hanya berdasar pada jumlah kasus
yang dilaporkan, padahal dalam kenyataannya, tidaklah mudah bagi korban
kekerasan melaporkan kasus yang dialaminya.
Kekerasan dalam Pacaran (KDP)
Kekerasan dalam Pacaran (KDP)
Banyak orang yang peduli tentang kekerasan yang
terjadi di dalam rumah tangga (Domestic Violence), namun masih sedikit yang
peduli pada kekerasan yang terjadi berpacaran (Kekerasan Dalam Pacaran/KDP)
atau Dating Violence). Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah
mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang
penuh dengan hal-hal yang indah, di mana setiap hari diwarnai oleh manisnya
tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan sang pacar.
Kekerasan dalam Pacaran (KDP) adalah perilaku atau tindakan seseorang dapat disebut sebagai tindak kekerasan dalam percintaan atau pacaran apabila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan oleh pasangannya pada hubungan pacaran. Suatu tindakan dikatakan kekerasan apabila tindakan tersebut sampai melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis, bila yang melukai adalah pacar maka ini bisa digolongkan tindak kekerasan dalam pacaran (KDP).
Kekerasan dalam Pacaran (KDP) adalah perilaku atau tindakan seseorang dapat disebut sebagai tindak kekerasan dalam percintaan atau pacaran apabila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan oleh pasangannya pada hubungan pacaran. Suatu tindakan dikatakan kekerasan apabila tindakan tersebut sampai melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis, bila yang melukai adalah pacar maka ini bisa digolongkan tindak kekerasan dalam pacaran (KDP).
Sebenarnya kekerasan ini tidak hanya dialami oleh
perempuan atau remaja putri saja, remaja putra pun ada yang mengalami kekerasan
yang dilakukan oleh pacarnya. Tetapi perempuan lebih banyak menjadi korban
dibandingkan laki-laki karena pada dasarnya kekerasan ini terjadi karena adanya
ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang dianut oleh masyarakat
luas. Ketidakadilan dalam hal jender selama ini telah terpatri dalam kehidupan
sehari-hari, bahwa seorang perempuan biasa dianggap sebagai makhluk yang lemah,
penurut, pasif, mengutamakan kepentingan laki-laki dan lain sebagainya,
sehingga dirasa “pantas” menerima perlakuan yang tidak wajar atau semena-mena.
Payung hukum terhadap terjadinya tindak kekerasan
terhadap perempuan, sebetulnya sudah cukup terakomodasi melalui UU No. 23 tahun
2004 tentang KDRT. Namun untuk kekerasan dalam pacaran (KDP), belum ada payung
hukum khusus, dan masih menggunakan KUHP sebab dianggap kasus kriminal biasa.
Kekerasan dalam pacaran (KDP) bisa masuk dalam KDRT, karena kekerasan yang
terjadi dalam relasi domestik, antara laki-laki dan perempuan yang memiliki
hubungan khusus.
Hal yang khas yang sering muncul dalam kasus
kasus kekerasan dalam pacaran adalah bahwa korban biasanya memang cenderung
lemah, kurang percaya diri, dan sangat mencintai pasangannya. Apalagi karena
sang pacar, setelah melakukan kekerasan (menampar, memukul, nonjok, dll)
biasanya setelah itu menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak
akan mengulangi tindakan kekerasan lagi, dan bersikap manis kepada pasangannya.
Pada dasarnya, hubungan pacaran adalah sarana melatih keahlian individu dalam kepekaan,
empati, kemampuan untuk mengkomunikasikan emosi dan menyelesaikan konflik serta
kemampuan untuk mempertahankan komitmen. Jika individu mampu mengkomunikasikan
emosi dan menyelesaikan konflik dengan baik niscaya kekerasan dalam pacaran
(KDP) tidak akan terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menduga bahwa
salah satu penyebab terjadi kekerasan dalam pacaran (KDP) adalah rendahnya
tingkat asertivitas individu. Rendahnya asertivitas tersebut tampak ketika
individu cenderung menerima segala bentuk perlakuan oleh pasangannya, meskipun
sebetulnya individu merasa tersiksa. Asertif berfungsi sebagai
mengkomunikasikan emosi dan menyelesaikan konflik dalam berpacaran.
Memahami Tentang Perkembangan Psikologi Remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai
periode “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai
akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja
adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi
(sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali
ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu,
perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena
erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu
dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri
daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan
orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri
dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi
cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional
yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang
berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam
Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima
pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu
perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan
pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja, terjadi
kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan
memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
Pengendalian Diri Bagi Remaja
Perubahan-perubahan sosial yang cepat (rapid sosial change) sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi telah mempengaruhi perilaku, nilai-nilai moral, etika, dan gaya hidup (value sistem and way of life).
Keberadaan hawa nafsu disamping memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, juga dapat melahirkan madlarat (ketidaknyamanan, atau kekacauan dalam kehidupan, baik personal maupun sosial). Kondisi ini terjadi apabila hawa nafsu tidak dikendalikan atau dikontrol, karena memang sifat yang melekat pada hawa nafsu adalah mendorong (memprovokasi) manusia kepada keburukan atau kejahatan (dalam Psikologi Belajar Agama, 2003).
Menurut Fachrurozi (dalam Jawa Pos, 2004) kegilaan masyarakat saat ini adalah personifikasi atas kegilaan yang dialami sebagai implikasi dari modernitas, bahwa modernitas, disamping melahirkan kemajuan dalam berbagai aspek (teknologi informasi, ekonomi, politik, sosial, dan budaya), ternyata juga melahirkan kegilaan atau gangguan kejiwaan. Diharapkan setiap individu mampu mengontrol diri terhadap setiap perubahan yang terjadi.
Tindakan-tindakan tidak terkontrol sering dikaitkan dengan remaja, karena seringkali bentuk perkelahian dilakukan oleh para remaja, sehingga perkelahian antar remaja sudah menjadi fenomena yang biasa di masyarakat luas terutama di kota-kota besar, perkelahian ini biasanya dipicu oleh masalah-masalah yang sepele, seperti bersenggolan di jalan, atau saling pandang yang ditafsirkan sebagai bentuk menantang, dan biasanya berakhir dengan perkelahian, perkelahian antar remaja pada awalnya hanya melibatkan dua individu kemudian berkembang menjadi perkelahian antar kelompok.
Menurut Lewin (dalam Winarno, 2003)
kondisi tersebut dikarenakan dalam kelompok terdapat sifat interdependen antar
anggota dan kondisi seperti itu berpeluang menjadi konflik SARA, dikarenakan
Indonesia terdiri berbagai macam suku, agama, ras, yang berbeda-beda, sehingga
individu akan merasa cemas, tidak aman, dan mudah tersulut emosi bila kontrol
diri individu kurang. Oleh karena itu, kontrol diri diperlukan untuk mengontrol
emosi yamg berasal dari dalam dan luar individu sebagai bentuk sosialisasi yang
wajar.
Menurut Drever, kontrol diri adalah kontrol atau
pengendalian yang dijalankan oleh individu terhadap perasaan-perasaan,
gerakan-gerakan hati, tindakan-tindakan sendiri, sedangkan Goleman (dalam
Sarah, 1998) mengartikan bahwa kontrol diri sebagai kemampuan untuk
menyesuaikan dan mengendalikan dengan pola sesuai dengan usia. Bander (dalam
Sarah, 1998) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam
mengendalikan tindakan yang ditandai dengan kemampuan dalam merencanakan hidup,
maupun frustasi-frustasi dan mampu menahan ledakan emosi. Masa-masa remaja
ditandai dengan emosi yang mudah meletup atau cenderung untuk tidak dapat
mengkontrol dirinya sendiri, akan tetapi tidak semua remaja mudah tersulut
emosinya atau tidak mampu untuk mengkontrol dirinya, pada remaja tertentu juga
sudah matang dalam artian mampu mengkontrol setiap tindakan yang dilakukannya.
Penyakit Jantung
Jenis-jenis dan Gejala Penyakit Jantung Koroner
Penyakit
jantung koroner terbagi ke dalam dua jenis yang dikategorikan berdasarkan
tingkat penghambatan aliran darah, yaitu angina (angin
duduk) dan serangan jantung.
Penyakit
jantung yang tidak ditangani akan mengakibatkan komplikasi mematikan. Ketika
tidak menerima suplai darah yang cukup hingga terlalu lemah untuk memompa
darah, kinerja jantung akan menurun. Kondisi ini dikenal sebagai gagal jantung. Komplikasi
ini dapat terjadi secara tiba-tiba maupun bertahap.
Jenis Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner
Pada
diagnosis awal, dokter biasanya akan menanyakan tentang gejala, riwayat kesehatan
keluarga, serta pola hidup Anda. Jika mencurigai Anda mengidap penyakit
jantung, dokter akan menganjurkan Anda untuk menjalani beberapa pemeriksaan
untuk mengonfirmasi diagnosis. Misalnya, tes darah, elektrokardiogram (EKG),
angiografi koroner, CT scan, serta MRI scan.
Langkah Pengobatan Untuk Penyakit Jantung Koroner
Jika
mengidap penyakit jantung, Anda sangat dianjurkan untuk mengubah pola hidup
Anda seperti menjaga pola makan, rutin berolahraga, minum obat secara teratur
dan sesuai petunjuk dokter, serta berhenti merokok. Penyakit jantung koroner
tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah agar tidak memburuk. Dokter akan
menganjurkan langkah operasi untuk menangani penyakit ini jika diperlukan.
Tujuan dalam pengobatan penyakit jantung adalah
untuk mengendalikan gejala dan menurunkan risiko munculnya serangan fatal
seperti serangan jantung.
Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Terdapat
beberapa langkah pencegahan yang
sederhana untuk menghindari penyakit jantung, yaitu:
- Berhenti merokok.
- Menerapkan pola hidup sehat, misalnya mengurangi makanan berkolesterol tinggi serta berolahraga teratur.
- Menjaga berat badan yang sehat.
- Mengurangi konsumsi minuman keras.
Gejala Penyakit Jantung
Penyakit jantung koroner terbagi
ke dalam dua jenis yang dikategorikan berdasarkan tingkat penyumbatan aliran
darah ke jantung.
Angina
Kondisi ini juga dikenal dengan
istilah angin duduk
di Indonesia. Angina adalah sakit dada yang timbul karena berkurangnya suplai
darah ke otot jantung akibat penyempitan pembuluh darah. Seseorang yang
menderita angina berisiko lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung
dibandingkan mereka yang tidak menderita angina.
Serangan ini biasanya
berlangsung beberapa menit dan dipicu oleh aktivitas fisik atau stres. Jenis
sakitnya pun bermacam-macam. Ada yang terasa menyebar di sekitar dada, berat
seperti tertindih, atau sesak. Selain sakit dada, seseorang juga bisa merasa
sesak napas, mual,
lelah, pusing dan
gelisah saat angina menyerang.
Angina dapat dikelompokkan ke
dalam dua jenis, yaitu angina stabil dan angina tidak stabil.
Angina stabil adalah jenis
serangan angina yang terjadi ketika jantung dituntut untuk bekerja lebih keras,
misalnya saat melakukan aktivitas berat. Serangan ini dapat diatasi dengan obat
dan istirahat. Serangan angina stabil tidak mengancam jiwa, tapi harus tetap
diwaspadai.
Sedangkan angina tidak stabil
adalah serangan angina yang menyerang secara tiba-tiba dan tanpa sebab yang
jelas. Serangan ini dapat berlangsung walau penderita sedang santai atau
beristirahat dan tidak selalu bisa ditangani dengan obat.
Serangan angina tidak stabil
membutuhkan penanganan medis darurat karena menandakan bahwa penderita
mengalami fungsi jantung yang menurun drastis. Jika setelah dosis obat angina
kedua dada masih terasa sakit, segera pergi ke rumah sakit terdekat.
Serangan Jantung
Serangan jantung terjadi ketika
aliran darah ke jantung terhambat sepenuhnya. Penyebab utamanya adalah
terjadinya gumpalan darah atau trombosis. Penanganan medis dalam hitungan menit
diperlukan karena serangan ini dapat merusak otot jantung secara permanen.
Beberapa gejala serangan jantung
adalah sakit dada yang parah, kesulitan bernapas, merasa lemas, pusing, serta
panik. Sakit dada itu juga bisa menyebar ke leher hingga rahang, ke lengan
kiri, dan ke punggung.
Tetapi perlu diingat bahwa tidak
semua penderita serangan jantung mengalami sakit dada yang parah. Indikasi
serangan jantung bukan ditentukan oleh tingkat keparahan sakit dada, melainkan
dari kombinasi gejala yang dirasakan.
Penyakit jantung yang tidak
ditangani akan berujung pada komplikasi mematikan. Ketika tidak menerima suplai
darah hingga terlalu lemah untuk memompa darah, kinerja jantung akan menurun.
Kondisi ini disebut gagal jantung. Komplikasi ini dapat terjadi secara tiba-tiba
maupun bertahap. Dengan adanya kondisi gagal jantung, organ-organ lain seperti
ginjal dan paru-paru juga akan terpengaruh.
Penyebab Penyakit Jantung
Penyebab utama penyakit jantung
koroner adalah penimbunan lemak dalam arteri atau aterosklerosis. Selain dapat
mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga dapat memicu
terbentuknya trombosis atau penggumpalan darah. Pengumpalan darah ini memblokir
suplai darah ke jantung. Jadi, orang yang menderita angina,
lebih rentan terkena serangan jantung.
Ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung, yaitu:
Kebiasaan Merokok
Perokok memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengidap penyakit jantung. Karbon monoksida dalam asap rokok dan
kandungan nikotin pada rokok dapat meningkatkan risiko munculnya gumpalan darah
serta memacu jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga akan makin membebani
jantung. Senyawa kimia lain dari asap rokok juga dapat merusak dinding arteri
jantung yang akan memicu terjadinya penyempitan. Perokok mempunyai risiko 20-25
persen lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan mereka yang
tidak merokok sama sekali.
Pola Hidup Yang Buruk
Risiko penyakit jantung juga
dapat meningkat akibat pola hidup yang tidak sehat. Misalnya kurang
berolahraga, sering mengonsumsi makanan berlemak, dan jarang mengonsumsi
buah-buahan serta sayur-sayuran.
Kadar Kolesterol yang Tinggi
Kolesterol terbagi dalam dua
jenis, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). Kolesterol jahat
mudah menggumpal dan menempel pada dinding pembuluh darah. Karena itu, kadar
LDL yang tinggi dapat membentuk plak yang menyebabkan aterosklerosis. Kadar LDL
yang normal dalam darah adalah di bawah 100 mg/dL.
Hipertensi
Anda akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan
darah tinggi jika tekanan darah Anda di atas 140/90 mmHg. Tekanan darah yang
tinggi berarti jantung bekerja lebih keras sehingga jantung dan pembuluh darah
akan lebih terbebani. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan
dengan kadar garam yang tinggi.
Penyakit Diabetes
Diabetes dapat
menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah sehingga berpotensi
menghambat aliran darah. Karena itu, penderita diabetes memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengidap penyakit jantung.
Kelebihan Berat Badan
Orang yang kelebihan berat badan
atau mengalami obesitas berpotensi
mengidap tekanan darah tinggi, cenderung memiliki kadar kolesterol
yang lebih tinggi, serta lebih berisiko terkena diabetes tipe 2.
Karena itu, mereka juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit
jantung. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan berat yang tinggi,
jantung harus bekerja lebih keras dibandingkan jika tubuh berberat badan ideal.
Faktor Usia
Makin tua usia seseorang, makin
tinggi risikonya untuk mengidap penyakit jantung.
Jenis Kelamin
Dibandingkan wanita, pria
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung. Tetapi perlu
diingat bahwa risiko penyakit jantung pada wanita akan lebih tinggi setelah
mengalami menopause.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Jika memiliki keluarga inti
seperti ayah, ibu, adik, atau kakak yang mengidap penyakit jantung, risiko Anda
untuk terkena penyakit jantung akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak
memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarganya.
Diagnosis Penyakit Jantung
Sebagai
langkah awal diagnosis, dokter biasanya akan menanyakan tentang gejala, pola
hidup, riwayat kesehatan keluarga, serta memeriksa kadar kolesterol Anda. Jika
dokter mencurigai Anda mengidap penyakit jantung, ada beberapa langkah
pemeriksaan yang akan Anda jalani untuk mengonfirmasi diagnosis.
Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Aktivitas
listrik otot jantung dapat diperiksa melalui elektrokardiogram (EKG). Tetapi pemeriksaan
ini saja belum cukup untuk menentukan apakah Anda mengidap penyakit jantung
atau tidak. Hasil EKG yang tidak normal bisa mengindikasikan bahwa otot jantung
tidak menerima cukup oksigen.
Selain
dengan posisi tidur, pemeriksaan EKG juga ada yang dilakukan saat jantung
pasien dipicu dengan berlari di atas treadmil. Tes ini disebut dengan
tes latihan stres atau tes treadmil. Pemeriksaan ini penting untuk
mendeteksi gejala angina.
Pemeriksaan Ekokardiogram
Pemeriksaan
yang sejenis dengan USG ini digunakan untuk melihat struktur, ketebalan dan
gerak tiap denyut jantung hingga membentuk sebuah gambar jantung secara
mendetail. Tes ini juga memeriksa tingkat kinerja jantung.
Pemeriksaan Enzim Jantung
Pemeriksaan
ini dilakukan melalui tes darah. Keberadaan enzim jantung dalam darah dapat
mengindikasikan adanya kerusakan pada otot jantung.
Angiografi Koroner atau Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan penerapan bius lokal. Prosedur kateterisasi jantung
meliputi:
- Memasukkan kateter sampai ke arteri jantung melalui kaki atau selangkangan.
- Penyuntikan tinta ke dalam arteri jantung melalui kateter.
Tujuan
prosedur angiografi koroner ini adalah untuk memeriksa keberadaan serta tingkat
keparahan penyempitan di dalam pembuluh darah jantung dan untuk memeriksa
tekanan di dalam bilik jantung.
CT dan MRI scan
Kedua
pemeriksaan ini juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi jantung.
Pengobatan Penyakit Jantung
Jika
mengidap penyakit jantung, Anda sangat dianjurkan untuk memperbaiki pola hidup
Anda seperti menjaga pola makan serta berolahraga, minum obat secara teratur,
serta berhenti merokok. Penyakit jantung tidak bisa disembuhkan, tapi bisa
dicegah agar tidak memburuk.
Penanganan
lebih invasif seperti operasi akan dianjurkan jika penyakit jantung bertambah
parah sehingga mengganggu kualitas hidup seseorang.
Memperbaiki Pola Hidup
Dengan
memperbaiki pola hidup, pengidap dapat terhindar dari risiko terjadinya
gejala-gejala penyakit jantung. Mengubah pola hidup dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sederhana, misalnya:
- Menerapkan pola makan yang sehat.
- Berhenti merokok.
- Berolahraga secara teratur.
- Mengurangi konsumsi minuman keras.
Langkah Penanganan Medis
Memperbaiki
pola hidup saja terkadang tidak cukup untuk menangani penyakit jantung. Karena
itu, dokter juga biasanya menganjurkan penggunaan obat-obatan atau prosedur
operasi untuk mengatasi penyakit ini.
Statin
Obat ini
berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh sehingga dapat memperlambat
perkembangan penyakit jantung. Beberapa jenis statin yang sering diberikan
dokter adalah simvastatin, pravastatin dan atorvastatin.
Antiplatelet
Obat ini
diminum untuk mencegah penggumpalan darah yang menyebabkan serangan jantung. Jenis
antiplatelet yang umum digunakan meliputi aspirin dosis rendah, clopidogrel, ticagrelor
dan prasugrel.
Anti-hipertensi
dan obat diabetes
Jika Anda
menderita tekanan darah tinggi dan/atau diabetes, sangat
penting bagi Anda untuk mengontrol perkembangan penyakit-penyakit ini. Pastikan
obat anti-hipertensi dan obat diabetes Anda telah sesuai dan membawa hasil yang
efektif. Jika tidak, temui dokter untuk mencari cara pengobatan yang lebih
cocok. Ingatlah bahwa pola hidup yang sehat juga berperan penting dalam
penanganan kedua penyakit ini.
Obat-obatan
untuk Menangani Angina
Beta-blockers
Dengan
mengonsumsi obat ini, laju denyut jantung akan berkurang dan aliran darah akan
menjadi lebih lancar. Ini berarti beban jantung akan berkurang sehingga
serangan angina pun dapat dihindari. Jenis-jenis beta-blockers
meliputi atenolol, bisoprolol,
metoprolol, dan propranolol.
Calcium
channel blockers
Calcium
channel blockers (penghambat kanal kalsium) membuat dinding pembuluh
darah melebar sehingga aliran darah ke jantung pun meningkat.
Obat nitrat
Cara kerja
nitrat sama dengan cara kerja calcium channel blockers. Obat nitrat
berfungsi untuk melebarkan diameter pembuluh darah sehingga memperlancar aliran
darah ke jantung dan meredakan serangan angina. Obat ini tidak hanya berbentuk
tablet, tapi juga dapat digunakan dalam bentuk semprot, gel, serta koyo.
Kinerjanya juga ada yang singkat dan panjang. Jenis yang biasa digunakan adalah
gliseril trinitrat and isosorbide mononitrate.
Ivabradine
Bagi
pengidap penyakit jantung yang tidak bisa mengonsumsi beta-blockers (misalnya,
karena mengalami infeksi paru-paru), obat ini sering diberikan oleh
dokter. Ivabradine mengurangi beban jantung dengan cara memperlambat laju
denyutnya.
Nicorandil
Obat ini
dapat digunakan sebagai pengganti calcium channel blockers karena
fungsinya yang sama. Nicorandil memperlancar aliran darah ke jantung dengan
cara memperlebar diameter pembuluh darah.
Ranolazine
Obat ini
bekerja dengan membuat otot jantung lebih rileks, tapi tidak memengaruhi laju
detak jantung atau pembuluh darah. Karena itu, ranolazine sangat cocok
digunakan untuk pengidap gagal jantung atau orang
dengan ritme jantung yang abnormal.
Penanganan Melalui Operasi
Jika obat
sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala-gejala angina yang Anda alami,
dokter akan menganjurkan prosedur operasi. Selain untuk angina, operasi ini
juga dilakukan pada pasien yang telah mengalami serangan jantung.
Intervensi
Jantung Perkutan (PCI)
Operasi ini
bertujuan untuk memperlebar arteri jantung yang mengalami penyempitan.
Prosedurnya dilakukan dengan memasukkan cincin (stent) ke arteri jantung
yang menyempit melalui proses angiografi koroner atau kateterisasi jantung.
Bedah bypass
arteri jantung (CABG)
Prosedur
operasi ini meliputi penanaman pembuluh darah dari anggota tubuh lain untuk
membuka rute baru bagi aliran darah ke jantung sehingga suplai darah mencukupi.
Penderita diabetes, pasien lanjut usia dan yang mengalami lebih dari dua
penyempitan pembuluh darah dianjurkan untuk menjalani CABG daripada PCI.
Pencegahan Penyakit Jantung
Penyakit jantung koroner dapat
dicegah. Terdapat beberapa langkah pencegahan sederhana yang dapat Anda
lakukan, salah satunya adalah berhenti merokok. Merokok tidak hanya
meningkatkan risiko penyakit jantung, tapi juga berbagai penyakit lain seperti stroke dan kanker
paru-paru.
Menerapkan pola hidup sehat juga
bisa mencegah jantung koroner, misalnya dengan berolahraga secara teratur
(minimal 2-3 jam seminggu) dan menjaga pola makan seperti lebih banyak
mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan mengurangi makanan bersantan.
Pencegahan yang lain adalah
dengan mengendalikan tekanan darah tinggi (misalnya
dengan mengonsumsi makanan rendah garam dan obat anti-hipertensi secara
teratur), mengendalikan kadar gula darah (misalnya membatasi konsumsi makanan
manis dan mengontrol perkembangan diabetes).
Menjaga kadar kolesterol,
terutama untuk orang yang berusia di atas 40 tahun. Langkah ini dapat dilakukan
dengan menghindari makanan berlemak seperti rendang, opor ayam, atau
gorengan. Menjaga berat badan yang sehat dan membatasi konsumsi minuman
keras merupakan cara lain yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit jantung
koroner.
Khusus bagi pengidap angina,
tindakan pencegahan juga perlu dilakukan demi menghindari serangan
jantung serta komplikasinya. Karena itu, mereka dianjurkan untuk
meminum obat-obatan yang diberikan dokter secara teratur dan sesuai dosis.
Langganan:
Postingan (Atom)