Terima Kasih Telah Berkunjung
http://catatanku-11.blogspot.co.id/

Pancing Tonda


1. Definisi dan Deskripsi Pancing Tonda
Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing, dan umpan serta tidak menggunakan pemberat. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan. Pancing tonda termasuk ke dalam alat penangkap ikan pancing. (Ayodyoa, 1981).
Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”,”pancing Irid”,”pancing pengencer”,”pancing pemalesan”,“pancing klewer” dan masih banyak nama-nama daerah lainnya. Alat penangkap ikan pancing tonda termasuk ktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal. Pancing tonda diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus 1989).  
Pancing tonda terdiri dari 2 komponen utama, yaitu tali (line), mata pancing (hook), kili-kili (swivel), tali kawat (stainles steel), dan umpan. Tali pancing biasanya terbuat dari bahan benang katun, nylon, atau polyethylen. Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda, tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing yang digunakan tergantung jenis pancingnya. (Subani dan Barus, 1989)
Mata pancing yang digunakan bernomor 4, 5, dan 6. Ukuran pancing nomor 4 tinggi 6,5 cm dengan lebar 2,8 cm. Mata pancing nomor 5 tinggi 5,6 cm dengan lebar 2,5 cm. Sedangkan untuk mata pancing nomor 6 tinggi 5,2 cm dengan lebar 2,2 cm. (Nugroho, 2002). Parameter utama dari pancing tonda adalah ukuran mata pancingnya.

2. Unit Penangkapan Ikan Pancing Tonda
2.1. Kapal
Perahu atau kapal yang digunakan adalah perahu motor tempel jenis congkreng. Perahu terbuat dari kayu sengon. Perahu pancing tonda dilengkapi dengan kayu penyeimbang pada sisi kiri dan sisi kanan. Perahu digunakan untuk mengangkut tenaga kerja dan membawa hasil tangkapan. (Nugroho, 2002). Kayu penyeimbang inilah yang disebut kincang. Kincang terbuat dari bambu atau kayu, dengan panjang 6 m dan lebar 4 m. (Nugroho, 2002).
Kapal merupakan sarana dalam unit pengakapan ikan memegang peranan penting untuk menjamin keberhasilan operasi pengkapan. Perahu atau kapal- kapal ikan pada umumnya meskipun kecil, sering terpaksa melakukan pelayaran yang jauh dari pantai. Dengan kata lain luas lingkup areal pelayaran, disebabkan operasi pelayaran tergantung pada gerakan ikan, musim ikan, perpindahan fishing ground, bila dan kemana akan berlayar tidak ada batasan tertentu. Dalam operasi penangkapan, kapal-kapal ikan banyak berhadapan dengan berbagai peristiwa laut, seperti topan, badai dan gelombang, maka perlulah konstruksi dibuat sekuat mungkin (Ayodhyoa,1972). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa, kapal penangkapan ikan berbeda dengan jenis kapal ikan lainnya disebabkan selain cara pengoperasiannya, kapal ikan juga mempunyai sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus tersebut meliputi kecepatan, olah gerak kapal (maneuverability) diharap baik dan layak laut (sea worthiness) karena pelayaran relative jauh dari pantai atau pelabuhan, lingkup areal pelayaran yang kuat dan kokoh karena selalu siap menghadapi topan, badai, gelombang dan sebagainya.
Nomura dan Yamazaki (1977) mengemukakan bahwa kapal ikan mempunyai jenis dan bentuk yang beraneka ragam, dikarenakan tujuan usaha keadaan perairan dan lain sebagainya, yang dengan demikian bentuk usaha itu akan menentukan bentuk dari kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dan panjang kapal (L), lebar kapal (B), tinggi kapal (D) dan draft (d). Besar kecilnya ukuran utama kapal berpengaruh pada kemampuan (ability) suatu kapal dalam melakukan pelayaran atau operasi penangkapan, dimana:
1.      L (panjang), erat hubungannya dengan interior arrangement, seperti letak mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, palka, kamar ABK, perlengkapan alat tangkap dan peralatan lainnya.
2.      B (lebar), berhubungan dengan stabilitas dan daya dorong kapal
3.      D (dalam, tinggi), berhubungan erat dengan tempat penyimpanan barang atau ruang serta stabilitas dari kapal.
2.2. Alat Tangkap Pancing Tonda
            Pancing adalah suatu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat ramai, terlebih dikalangan nelayan. Pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua komponen utama yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing bisa dibuat dari bahan benang katun,nilon, polyethylen, plasti (senar) dan lain-lain. Sedang mata pancingnya (mata kailnya) dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat (Subani dan Barus, 1989 dalam Sulandari, 2011).
            pancing adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing. Umumnya pada mata pancing dipasang umpan, baik umpan buatan maupun umpan alami yang berguna untuk menarik perhatian ikan dan binatang air lainya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009a dalam Sulandari, 2011).
            Diperiaran Prigi banyak jenis alat tangkap pancing yang dioperasikan pada setiap armada  penangkapan. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan banyak nya jenis spesies ikan yang ada di daerah penangkapan (fishing ground). Karena perbedaan spesies ikan juga mempengaruhi metode penangkapanya. Jenis alat tangkap pancing adalah : Pancing Tonda, Pancing Ulur (Coping), Pancing Vertikal long Line/Pancing Tuna (Sukandar, 2007 dalam Sulandari, 2011).
            Pancing yang umumnya tanpa pemberat dan dipasang disekitar permukaan air dan ditarik oleh kapal (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009a dalam Sulandari, 2011). Menurut Sudirman dan mallawa (2004) dalam Sulandari (2011), pancing tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing diberi umpan segar atau umpan palsu yang karena pengaruh tarikan, bergerak didalam air sehingga merangsang ikan buas menyambarnya (Gambar 1).
            Kontruksi pancing tonda terdiri dari mata pancing (hook), tali pancing, rol penggulung, kili-kili (swivel) dan umpan buatan (Sukandar, 2007 dalam Sulandari, 2011).
Gambar 1. Kontruksi Pancing Tonda (Sumber: Nugroho 2002)
a. Mata Pancing (Hook)
            Pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (Hook). Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nylon, polyethylen dan lain-lain. Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Umumnya mata pancing tersebut berkait balik, namun ada juga yang dibuat tanpa kait balik. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda, tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing umumnya bervariasi dan disesuaikan dengan ukuran ikan sasaran (subani dan Barus, 1989).
 
Gambar 2. Ukuran Mata pancing (Sumber: Nugroho. 2002)
Menurut ayodhoya (1981), Prinsip penggunaan pancing adalah dengan meletakan umpan pada mata pancing, lalu pancing diberi tali. Setelah umpan dimakan, maka mata pancing akan ikut termakan juga dan dengan menggunakan tali, nelayan menarik ikan itu ke perahu. Mata kail yang berkilat, lembaran kain putih, lempengan timah atau bahan sendok yang berkilat dapat merupakan umpan yang berkilat dapat merupakan umpan yang efektif. Umpan buatan dan mata pancing yang dicelup atau dilapisi dengan pelapis yang berpendar dapat pula dipakai untuk memikat ikan. Hal tersebut dimaksudkan bahwa ikan dipikat berdasarkan bentuk, gerak, warna dan terutama refleksi cahaya (Gunarso, 1985).
            Menurut ayodhoya (1979) dalam Nugroho (2002), yang harus diperhatikan agar hasil tangkapan maksimum adalah :
a.       Ukuran dan tipe mata pancing, serta cara dan pengoperasian agar produktivitas tinggi.
b.      Tipe atau bentuk mata pancing harus sesuai dengan tipe dasar perairan.
c.       Ukuran mata pancing sesuai dengan spesies sasaran.
Menurut Gunarso (1989) dalam Nugroho (2002), pada satu kapal di operasikan sejumlah tali pancing tonda, masing-masing tali pancing tonda itu dapat terdiri dari sejumlah mata pancing, mata pancing tersebut ditautkan pada tali-tali pancing tonda tersebut.
b. Tali Pancing
            Tali pancing tonda terdiri dari tali utama (Main Line), tali cabang (Branch Line). Tali utama yang digunakan adalah ukuran nomor 500 dengan panjang 20 – 25 m. Sedangkan untuk branch line memiliki ukuran nomor 200 – 300 dengan panjang 8 – 10 m. Tali pancing terbuat dari benang senar (PA. Monofilamen). Senar atau kenur dalam bahasa Inggris disebut line adalah peralatan wajib pemancing. Pemilihan senar yang baik sesuai dengan target sasaran akan memperoleh hasil pancingan yang sangat memuaskan. Kekuatan senar yang tepat dapat membantu pemancing untuk beradu kuat dengan ikan.
            Senar modern dibuat dari bahan sintetis yang di sebut polyamide atau serat nilon. Secara bentuk, senar pancing terbagi dalam 3 bentuk yakni :
a.       Monofilamen ( tunggal )
b.      Multifilamen ( Ganda )
c.       Multifilamen dengan inti. Merupakan jenis senar dengan kekuatan paling baik dimana terdapat beberapa serabut inti di dalam senar.
Jenis senar yang banyak beredar di pasaran Indonesia adalah yang jenis monofilament. Selain harganya cukup terjangkau kualitasnya tak kalah dengan multifilament. Senar multi filament dikenal dan banyak dipakai para pemancing di luar negri. Cirinya yang kelihatan yakni senar multifilament tidak akan mudah kusut atau keriting jika ditarik – tarik atau di gulung. Untuk mengetahui kelas senar anda sebaiknya anda mempelajari kekuatan dari senar anda yang ditulis atau diterakan di bungkusnya. Ukuran disana biasanya dituliskan dalam symbol kgf atau lbs ( 1 lbs=0,450kg ) artinya kekuatan senar tersebut akan mampu menahan beban sampai berapa kgf atau berapa lbs tarikan sebelum putus. Berdasarkan pengalaman ukuran yang tertera dalam label senar atau kenur bukan berarti berdasarkan kelas atau bobot ikan. Ikan dengan bobot 10 kg pun bisa ditangkap dengan senar kelas 4 – 6 kg atau kelas 8 – 14 lbs. Karena ukurannya adalah tarikan ikan bukan bobotnya. Dibutuhkan kepandaian dan kecerdikan pemancing untuk memperoleh ikan dengan bobot yang lebih besar (Wicaksono, 2010).
c. Kili-kili (Swivel)
            Kili – kili yang dipakai adalah jenis biasa (terbuat dari baja) dan ukurannya kurang lebih 4 cm. Tipe swipel adalah jenis Borrel swivel.
d. Rol Penggulung Tali Pancing
            Rol penggulung yang digunakan dalam pancing tonda terbuat dari kayu. Fungsi rol penggulung adalah untuk menggulung benang senar yang digunakan untuk rol penggulung yang digunakan dalam. Fungsi rol tali pancing. dengan penggulung ini tali pancing menjadi rapi dan tidak mudah terpuntal, setelah melakukan setting maupun setelah hauling.
e. Umpan
            Umpan merupakan faktor yang sangat penting di dalam usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing tonda, sebab umpanlah satu-satunya alat perangsang agar ikan dapat mencapai mata pancing (Ayodhoya, 1981). Umumnya ikan mendeteksi adanya umpan melalui reseptor yang dimilikinya dan hal ini bergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Oleh karna itu, memilih umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendeteksi makanan. Pada umumnya umpan dibagi menjadi dua golongan yaitu umpan asli dan umpan palsu (buatan). Di Indonesia, untuk menonda jarang sekali digunakan umpan asli, karena umpan asli akan mudah lepas atau rusak oleh gerakan air selama proses penangkapan ikan berlangsung. Gunarso (1998) dalam Nugroho (2002).
            Umpan buatan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus, yaitu bulu yang terdapat pada dibagian leher dan ujung ekor saja. Bulu ayam yang digunakan biasanya berwarna putih. Selain umpan buatan dari bulu ayam, juga ada yang terbuat dari tali rafiah dan bahan plastik.
            Pada umumnya umpan yang digunakan pancing tonda adalah umpan buatan atau umpan tiruan. Umpan tiruan tersebut banyak terbuat dari bulu ayam yang halus (chicken feaders), bulu domba (sheep wools), bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai bentuk aslinya (misal : cumi-cumi, ikan). (Subani dan Barus, 1989).
f. Pelampung
            Pelampung yang digunakan pada nelayan pancing tonda di wilayah Pelabuhan ratu berupa drum atau dirigen. Ukuran drum yang banyak digunakan oleh nelayan tersebut yaitu 35 x 10 x 25 cm. Adapun penggunaan pelampung ini hanya sebatas sebagai alat penggulung apabila pancing tonda tidak dioperasikan. (Gunarso, 1985).
 2.3. Rumpon Sebagai Alat bantu Pancing Tonda
      Alat bantu pada alat tangkap ini adalah rumpon yang berfungsi untuk mengumpulkan memikat ikan. (Gunarso, 1985).
1. Rumpon
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang digunakan dalam pengoperasian unit penangkapan ikan handline dan pancing tonda. Terutama pada unit penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu (Inizianti, 2010). Definisi rumpon menurut Kepmen Kelautan dan Perikanan No. Kep 30/MEN/2004adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan di perairan laut. Penggunaan dan penelitian rumpon untuk memikat ikan sudah dimulai sejak tahun 1900-an. Rumpon biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena alat ini hanya dijadikan sebagai tambahan yang digunakan sabagai pengumpul ikan pada suatu tempat alat titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986).
Prinsip suatu penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu rumpon adalah untuk mengumpulkan ikan, sehingga nantinya ikan akan lebih mudah ditangkap. Diduga ikan tertarik dan berkumpul disekitar rumpon karena rumpon berfungsi sebagai tempat untuk berlindung dan mencari makan. Adanya ikan disekitar rumpon menciptakan suatu hubungan makan dan dimakan, dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga sejak rumpon dipasang diperairan (Subani, 1986 dalam Octavianus, 2005).
            Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada di sekitar rumpon (Sudirman dan Mallawa, 2004 dalam Wahyudin, 2007) :
a.       Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan kecil lainnya sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan feeding.
b.      Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok disekitar kayu terapung seperti jenis-jenis tuna dan cakalang. Dengan demikian, tingkah laku ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.
            Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon. Tujuan penggunaan rumpon di lingkungan perairan laut menurut Agus, 2005 dalam Wahyudin, 2007 adalah :
a.       Meningkatkan produksi perikanan
b.       Meningkatkan produksi perikanan komersial
c.       Lokasi produksi akuakultur
d.      Lokasi rekreasi pancing
e.       Mengontrol daya recruitment sumberdaya ikan
            Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai prospek penggunaan rumpon menurut Monintja, 1990 dalam Sianipar, 2003 antara lain :
a.       Ketersediaan bahan baku rumpon
b.      Daya tahan rumpon terhadap berbagai kondisi periran
c.       Kemudahan operasi penangkapan
            Posisi rumpon yang terbaik adalah tempat yang dikenal sebagai lintasan ruaya ikan, daerah upwelling, water fronts, arus eddy, dasar perairan yang datar, tidak dekat dengan karang dan berada di ambang suatu palung laut (Desan, 1982 dalam Sianipar, 2003).
            Monintja (1990) dalam Sianipar (2003), menyatakan bahwa manfaat yang didapat dari penggunaan rumpon adalah sebagai berikut :
a.       Efisiensi waktu dan bahan bakar dalam pengintaian
b.      Meningkatkan hasil tangkapan persatuan upaya penangkapan
c.       Meningkatkan mutu hasil tangkapan yang ditinjau dari spesies dan komposisi ukuran ikan.
2.  Fungsi Rumpon
     Rumpon dalam penangkapan ikan berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian agar ikan berkumpul pada suatu wilayah sebagai tempat berlindung dan merupakan sumber makanan tambahan bagi ikan-ikan. Pengumpulan ikan-ikan dengan rumpon umumnya untuk ikan-ikan bermigrasi yang secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon dan tertarik untuk diam atau beruaya di sekitar rumpon untuk mencari makan, berlindung atau tujuan lainnya baik untuk sementara maupun permanen (Wahyudin 2007).
            Prinsip suatu penangkapan ikan dengan rumpon disamping berfungsi untuk mengumpulkan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan ikan tersebut mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki. Diduga ikan yang tertarik dan berkumpul di sekitar rumpon karena rumpon berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan (Subani, 1986 dalam Wahyudin, 2007).
3.  Konstruksi Rumpon
Tim Pengkaji Rumpon Institut Pertanian Bogor (1987) dalam Jeujanan (2008) mengemukakan bahwa persyaratan umum komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah:
a.       Pelampung (float); mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung di atas 1/3 bagian), konstruksi cukup kuat, tahan terhadap gelombang, mudah dikenali dari jarak jauh dan bahan pembuatnya mudah diperoleh.
b.      Pemikat (Attractor); mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan, tahan lama, mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah dan terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah.
c.       Tali-temali (rope); terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk, harga relatif murah, mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus dan tidak bersimpul.
d.      Pemberat (sinker); bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh serta masa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat mencengkram.
4.  Informasi Mengenai Tingkah Laku Ikan di Sekitar Rumpon
            Pengembangan usaha dibidang penangkapan ikan, maka sangat dibutuhkan pengetahuan tentang tingkah laku ikan yang akan ditangkap. Pengetahuan tentang tingkah laku ikan terutama faktor makanan, bagaimana ikan disekitar rumpon makan menjadi informasi penting dalam keberhasilan penangkapan.
            Menurut Asikin (1985) dalam Jeujanan (2008), ada beberapa pendapat tentang keberadaan ikan di sekitar rumpon yaitu:
a.       Ikan-ikan itu senang bersembunyi di bawah bayang-bayang daun rumpon;
b.      Rumpon itu sebagai tempat berpijah bagi beberapa jenis ikan tertentu;
c.       Rumpon sebagai tempat berteduh bagi beberapa jenis ikan tertentu;
d.      Rumpon itu sebagai tempat berteduh bagi beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif.
5. Mekanisme Pengumpulan Ikan dengan Rumpon
            Rumpon merupakan suatu tropic level yang lengkap yang terdiri atas fitoplankton sebagai produsen sampai dengan predator sebagai konsumen. Oleh karena itu, berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul disekitar rumpon, mulai dari ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 dalam Ardianto, 2005).
            Menurut Bergstrom (1983) dalam Imawati (2003) rumpon merupakan suatu arena makanan. Awal terjadinya arena tersebut adalah timbulnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon pertama kali dipasang. Makhluk renik tersebut bersama hewan-hewan kecil menarik perhatian ikan pelagis ukuran kecil. Terakhir adalah giliran ikan pelagis kecil yang akan memikat ikan pelagis besar sehingga di sekitar rumpon didapatkan adanya gerombolan ikan yang datang untuk keperluan makan.
 2.4. Nelayan
            Jumlah nelayan yang diperlukan untuk pengoperasian alat tangkap ini tergantung dari besar kecilnya kapal atau perahu yang digunakan. Untuk perahu berukuran kecil biasnya digunakan tenaga nelayan sebanyak 4-6 orang dengan satu orang sebagai nahkoda yang merangkap menjadi fishing master, satu orang menjadi juru mesin, 2-4 orang ABK (Anak Buah Kapal) yang masing-masing mengoperasikan satu atau lebih pancing tonda sekaligus (Gunarso, 1985).

 3. Daerah Penangkapan Ikan Dengan Pancing Tonda
Pancing tonda lapisan perairan atas hampir terdapat dimana-mana, untuk tonda lapisan dalam terutama di sekitar selat Alas, Muna-Buton dan beberapa daerah perikanan Indonesia Timur. Sedangkan untuk lapisan permukaan dasar banyak digunakan di daerah Jawa Tengah. (Subani dan Barus, 1989). Selain itu juga, dalam melakukan pengoprasian pada tonda relatif mudah untuk menangkap ikan permukaan. Adapun untuk penangkapan ikan pelagis besar, alat tonda ini masih belum umum digunakan karena sasaran tangkap jauh lebih dalam dari pada operasi pancing tonda. Walaupun menggunakan sistem pemberat, papan selam atau tabung selam dan dikombinasikan dengan perhitungan kecepatan kapal, maka dari operasi kedalaman dari pancing dapat di atur mendekati swimming layer ikan tuna. Sehingga alat tangkap pancing tonda sangat memungkinkan untuk menangkap ikan tuna. (Wijaya, 2012).
Menurut Samsudin 2011, daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daearh dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum berkisar anatar 150C-300C pancing tonda juga di operasikan di daerah tempat ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti india, pelabuhan ratu, teluk lampung, banda aceh dan lain-lain.

4. Metode Penangkapan ikan Dengan Pancing Tonda
Daerah penangkapan ikan untuk tiap-tiap daerah dapat berbeda disesuaikan dengan target penangkapan pada operasi penangkapan itu. Secara garis besar kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
a). Kondisi Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan sebaiknya dipilih pada daerah yang mempunyai akses yang bagus untuk ruaya ikan, sehingga ikan dapat dengan bebas datang dan pergi baik dalam bentuk gerombolan ataupun soliter. Distribusi massa air dan fluktuasi keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran, distribusi, migrasi, dan pertumbuhan bermacam-macam organisme hidup, sehingga didalam perairan tersebuttersedia makanan yang melimpah, sesuai dengan kebutuhan makan ikan. Kemudian, cakupan daerah penangkapan ikanbisa membuat ikan nyaman untuk memilihspot yang dijadikan tempattinggaluntuk beberapa waktu tertentu.Selain itu daerah penangkapan ikan tersebut adalah tempat yang banyak disukai oleh ikan. Perairan yang disukai oleh ikan yaitu: a) yang memiliki keadaan faktor fisik optimum; b) daerah up welling; c) daerah pertemuan dua massa air berbeda; d) daerah yang dekat dengan dasar perairan; dan e) daerah yang mempunyai ciri spesifik bagi ikan untuk menempelkan telurnya.
b). Luasan daerah
Daerah penangkapan ikan haruslah mempunyai cakupan luasan yang dapat dengan leluasa digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap. Keberadaan biota yang hidup didasar perairan menjadi perhatian utama dalam penentuan daerah penangkapan ikan serta alat tangkap yang harus digunakan. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah arus perairan yang cukup serta perbedaan pasang surut yang besar untuk membantu membantu kelancaran dalam pengoperasian alat tangkap.
c) Lokasi yang Bernilai ekonomis
Modal yang dikeluarkan oleh nelayan pada saat proses penangkapan ikan di perairan disebut juga anggaran dasar. Anggaran dasar ini terbagi menjadi dua macam, yang pertama adalah modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal, yang kedua adalah modal tidak tetap seperti gaji pegawai, bahan bakar, dan biaya perbekalan. Biaya-biaya tersebut harus terbayar pada saat setelah operasi penangkapan. Jadi agar semua biaya tersebut terpenuhi, maka daerahpenangkapanikanharuslah mengandung sumberdaya ikan yang melimpah serta bernilai ekonomis penting. Selain itu sumberdaya ikan tersebut telah memenuhi kriteria layak tangkap secara ukuran. Informasi mengenai keberadaan sumberdaya tersebut dapat diperoleh dari kegiatan experimental fishing, underwater acoustic, underwater camera, dll. Kemudian, lokasi daerah penangkapan ikan haruslah dapat menjangkau area tempat pelelangan ikan atau pelabuhan perikanan, sehingga ikan hasil tangkapan dapat terjual tepat setelah operasi penangkapan selesai dilakukan (Nora, dkk 2013).
Menurut cahyono, 2011. Klasifikasi fishing ground atau daerah penangkapan menurut habitat seperti ikan demersal. Dimana fishing ground bagi ikan yang hidupnya dekat dengan dasar perairan Hanya efektif pada kedalaman ± 1.000 m. Keanekaragaman dan jumlah yang tinggi terdapat pada perairan continental shelfv Sangat baik pada perairan dangkal di musim panas, ketika temperatur air naik pada musim dingin, terutama di perairan laut dalam, ketika temperaturv air relatif masih panas dan temperatur permukaan sudah mulai turun.  Fishing ground yang baik juga ditemukan pada dekat terumbu karang dan Juga terdapat pada dasar perairan yang berpasir atau berlumpur. Sedangkan ikan pelagic Merupakan fishing ground bagi ikan yang hidup di permukaan dan berenang bebas Fishing ground banyak terdapat mulai dari dekat dengan pantai hingga ke lautan lepas Alat tangkapnyapun juga banyak berbeda antara masing-masing jenis ikan.
Penangkapan pancing tonda biasanya dilakukan pada waktu pagi sampai sore hari. Kegiatan ini meliputi persiapan, pencarian fishing ground, dan operasi pemancingan. Penangkapan dengan pancing tonda dilakukan dengan cara menduga-duga dengan berlayar kesana-kesini (manuver), bisa juga terlebih dahulu mencari kawanan ikan. (Subani dan Barus, 1989)
Setelah terlihat tanda-tanda ikan, kecepatan perahu diturunkan, lalu menurunkan pancing secara perlahan. Nelayan yang berada di haluan perahu menggunakan kait yang telah terpasang di bagian belakang perahu untuk memasang pancing. Pancing tonda dioperasikan dengan cara menggerak-gerakkan tali pancing dan menarik-nariknya sambil mengejar ke arah gerombolan ikan dengan perahu layar maupun kapal motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar perairan. (Nugroho, 2002).
Pengoperasian pancing tonda dimulai dengan persiapan terlebih dahulu. Tahap persiapan terbagi menjadi dua bagian yaitu persiapan di darat dan persiapan di laut. Persiapan di darat meliputi pengisian dan pengecekan bahan bakar, pengecekan mesin dan perahu, alat tangkap dan pengecekan alat bantu penangkapan dan lain-lain. Persiapan di laut meliputi pengaturan tali pancing dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan (Samsudin, 2011).
Kegiatan penangkapan diawali dengan scouting atau pencarian gerombolan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaannya seperti warna perairan, lompatan ikan cakalang, dan buih di perairan. Pengoperasian pancing tonda dimulai dari pagi hari hingga sore tergantung situasi dan kondisi alam yaitu pukul 05.00-17.00 yang diduga pada saat itu adalah saat dimana ikan cakalang dan tuna bermigrasi untuk mancari makan. Pengoperasiannya dengan pemasangan alat tangkap (setting) yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dengan jarak tertentu. Setelah setting berakhir tali pancing yang telah direntangkan disisi kanan dan kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan konstan 2-4 knot dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti mangsa. Untuk membuat umpan lebih aktif melayang di perairan, perahu dapat dijalankan dengan arah zig-zag. Pada saat salah satu umpan dimakan ikan, pemancing langsung memberitahu juru mudi atau nahkoda unutk menaikkan kecepatan perahu. Pada saat inilah penarikan tali pancing bisa dimulai. Salah satu ABK akan menarik pancing tersebut dan menggulung tali pancing pada penggulung. Setelah ikan diangkat keatas perahu maka pancing segera dilepas dari ikan dan pancing tersebut diulurkan kembali ke perairan. Langkah selanjutnya seperti pada saat setting telah berakhir dan begitu seterusnya sampai mendapatkan ikan kembali (Samsudin 2011).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar