Menurut Gufron dan
Kordi (2000), kepiting banyak ditemukan di daerah mangrove,
sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan kepiting bakau (mangove crab), jenis ini yang paling
populer sebagai bahan makanan dan memiliki harga jual yang sangat tinggi. Jenis
lain yang banyak dijumpai adalah rajungan. Kepiting bakau (Scylla spp) yang merupakan
kelompok dari genus Scylla, mempunyai
sistem respirasi yang sama yaitu dengan menggunakan insang, kepiting ini
merupakan yang khas hidup dikawasan mangove. Pada tingkat juvenil kepiting
jarang kelihatan di daerah bakau pada siang hari, kerena lebih suka membenamkan
diri di lumpur, sehingga kepiting ini juga disebut kepiting lumpur (Kasry, 1996).
Kepiting bakau (Scylla spp) termasuk golongan hewan nocturnal, karena kepiting
beraktivitas pada malam hari. Kepiting ini bergerak sepanjang malam untuk
mencari pakan bahkan dalam semalam kepiting ini mampu bergerak mencapai 219 –
910 meter (Mossa et al., 1985).
Menurut Kasry (1996), Kepiting bakau (Scylla spp) dewasa bersifat pemakan segalanya
(omnivorous-scavenger), bahkan bangunan bambu dan kayu yang ada ditambak mampu
dirusak dengan capitnya. Pakan yang sudah dicabik dengan capitnya akan
dimasukan kedalam mulutnya. Kepiting yang masih larva menyukai pakan berupa
kutu air, Artemia, Tetraselmis, Chlorella, Rotifera, Larva Echinodermata, Larva
Molusca, Cacing, dan lain lain. (Afrianto dan
Liviawati, 1992).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar