Terima Kasih Telah Berkunjung
http://catatanku-11.blogspot.co.id/

TITRASI ASAM DAN BASA

          Analisa volumetrik adalah suatu cara menentukan jumlah (kuantitatif) suatu zat. Analisa ini tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari dua macam larutan yang bereaksi sempurna. Salah satu larutan harus diketahui  konsentrasinya, larutan ini disebut larutan standar, sedangkan larutan yang lain akan ditentukan konsentrasinya oleh larutan standar. Proses penentuan konsentrasi ini disebut titrasi.
          Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang volumenya telah diketahui, sampai mencapai titik ekivalen, yaitu jumlah stoikhiometri (perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir titrasi/reaksi diketahui ketika indikator yang digunakan tepat mengalami perubahan warna.
          Ada empat macam reaksi yang digunakan dalam titrasi:
a.       Reaksi asam-basa
b.      Reaksi redoks
c.       Reaksi pengendapan
d.      Reaksi pembentukan kompleks
          Dalam titrasi, suatu larutan A dengan konsentrasi Ma bereaksi dengan larutan B dengan konsentrasi Mb dengan persamaan reaksi:
aA + bB → hasil reaksi
a dan b            = perbandingan mol zat yang bereaksi
A da B            = zat yang bereaksi
Konsentrasi dinyatakan dalam molaritas (M), yaitu:
M = mol/liter larutan
Maka berdasarkan persamaan stoikhiometri untuk reaksi yang sempurna:
VA  x MA x b = VB x MB x a
          Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan standar (larutan baku) asam oksalat, dan penentuan konsentrasi larutan HCL dengan larutan NaOH.
2NaOH + H2C2O2               Na2C2O4 + 2H2O
VNaOH x MNaOH x 2       =          VH2c2o4 x 1
HCl + NaOH                      NaCl + H2O
VHCl x MHCl x 1           =          VNaOH x MNaOH x 1
          Titrasi ini berdasarkan reaksi penetralan asam dengan basa. Pada titik ekivalen, jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya digunakan indikator asam basa yaitu suatu zat yang dapat berubah warna yang tergantung pada pH larutan. Indikator harus dipilih sehingga pH titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika pada suatu titrasi menggunakan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir titrasi  telah tercapai. Jadi titik akhir titrasi adalah saat timbulnya perubahan indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Dengan pemilihan indikator yang tepat dapat memperkecil kesalahan titrasi ini.
          Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan larutan standar, yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dan biasanya berupa larutan asam atau basa yang mantap (konsentrasinya tidak mudah berubah). Larutan standar dapat dibagi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dalam proses pembuatannya larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain untuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya, contoh larutan standar primer pada percobaan ini adalah asam oksalat. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk menstandarisasi/menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut harus distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi yang sebenarnya, contohnya pada percobaan ini adalah NaOH.

Syarat-syarat larutan standar primer:
a.       Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui. Pada umumnya total ketidak murnian tidak melampaui 0,02% dan harus mungkin memeriksa ketidak murnian itu dengan percobaan kuantitatif yang kepekaannya diketahui.
b.      Zat harus mudah dikeringkan dan tidak boleh terlalu higroskopik sehingga menyerap air selama penimbangan. Tidak boleh kehilangan bobot bila dibiarkan di udara terbuka. Hidrat-hidrat garam biasanya tidak digunakan sebagai standar primer.
c.       Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar kesalahan dalam penimbangan dapat diminimalkan.
d.      Lebih baik zat yang berasal dari asam dan basa kuat yang disosiasinya tinggi.
Asam dan basa lemah dapat juga digunakan sebagai standar primer untuk menstandarisasi asam atau basa lemah yang lain. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar