Menurut Anyar, (2011). Lokasi perairan
alami yang ideal untuk budidaya kepiting soka adalah perairan mangrove, yang
menjadi habitat alami kepiting bakau. Cara mudah untuk menentukan lokasi
tersebut bisa dilihat dari keberadaan kepiting bakau di perairan tersebut.
Semakin banyak kepiting bakau yang ditemukan, maka lokasi tersebut semakin baik
dijadikan sebagai lokasi budidaya.
Pemantauan lokasi dapat dilakukan dengan cara
mengamati kondisi fisik perairan dan mengamati frekuensi kepiting yang
tertangkap. Di habitatnya, keberadaan kepiting bakau dapat diketahui dari
sarang kepiting yang berupa lubang di sekitar pohon bakau. Untuk menguji
keberadaan kepiting di dalamnya, kita bisa memancingnya keluar dengan
menggunakan pancing.
Selain mengamati lokasi bersarangnya kepiting, perairan di
sepanjang pantai yang dekat dengan hutan mangrove (khususnya bakau / Rhizophora
sp.) juga berpotensi untuk dijadikan. Hal ini disebabkan kepiting juga
melakukan perpindahan, baik untuk mencari sarang baru maupun mencari makanan.
Untuk mengetahui seberapa banyak kepiting yang menggunakan lokasi tersebut
sebagai tempat berkumpulnya, kita bisa mengetahuinya dengan melakukan
penangkapan menggunakan perangkap. Perangkap yang digunakan bisa berupa jaring
(gillnet) atau bubu. Semakin banyak kepiting yang tertangkap, maka
semakin berpotensi pula lokasi tersebut digunakan untuk lokasi budidaya.
Hal lain yang
perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi budidaya kepiting soka adalah letak
lokasi perairan. Perairan yang terbuka cenderung memiliki gelombang dan arus
yang kuat. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi umur teknis keramba yang
digunakan. Sebaiknya lokasi budidaya yang dipilih adalah lokasi dengan perairan
yang terlindung, seperti dalam mangrove atau
perairan yang relatif lebih tenang.