Terima Kasih Telah Berkunjung
http://catatanku-11.blogspot.co.id/

Jaring Insang (Gillnet)



 2.1.1        Definisi gillnet
          Gillnet sering disebut juga sebagai “jaring insang”.  Istilah gillnet di dasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gillnet” terjerat di sekitar operculumnya pada mata jaring.  Dalam bahasa Jepang, gillnet disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gillnet, ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia, penanaman gillnet ini beraneka ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring karo, jaring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang bayeman), dan sebagainya (Ayodhyoa AU, 1981).
          Gillnet yaitu alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama (Ayodhyoa AU, 1981 dalam Rustandar, 2005).
Menurut Vide (2001), umunya jaring insang dioperasikan dalam rangkaian yang panjang hingga mencapai 3.000 – 4.000 meter, kadangkala dioperasikan secara terhanyut bersama – sama kapalnya atau ditetapkan kedudukannya dengan bantuan jangkar membentang sepanjang dasar perairan maupun pada kedalaman tertentu.

2.1.2        Klasifikasi gillnet
          Menurut Martasuganda (2005), jaring insang dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pengoperasiannya menjadi lima jenis, yaitu (1) jaring insang tetap (fixed gillnet atau set gillnet), (2) jaring insang hanyut (drift gillnet), (3) jaring insang lingkar (encircling gillnet), (4) jaring insang giring (frightening gillnet atau drive gillnet), (5) jaring insang sapu (rowed gillnet). Menurut Ayodhyoa (1981), berdasarkan lapisan jaring yang membentuk dinding jaring dibedakan menjadi jaring insang berdinding tunggal dan berdinding tiga (trammel net), sedangkan berdasarkan lapisan kedalaman air tempat dioperasikannya alat ini dapat dibedakan menjadi jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring insang lapisan air tengah (midwater gillnet), dan jaring insang dasar (bottom gillnet).

2.1.3        Konstruksi gillnet
          Menurut Martasuganda (2005), gillnet terdiri dari beberapa bagian yaitu:
·         Pelampung (float), berfungsi untuk menghasilkan gaya apung pada gillnet,
·         Tali pelampung (float line), adalah tali yang dipakai untuk memasang pelampung yang bahannya terbuat dari bahan sintetis seperti haizek, vinylon, polyvinyl chloride, saran atau bahan lainnya yang bisa dijadikan untuk tali pelampung,
·         Tali ris atas dan bawah, berfungsi untuk dipakai memasang atau menggantungkan badan jaring. Pemasangan tali ris bagian atas dipasang di bawah tali pelampung sedangkan tali ris bawah dipasang di atas tali pemberat,
·         Tali penggantung badan jaring bagian atas dan bawah (upper bolch line and under bolch line), adalah tali yang dipakai untuk menyambungkan atau menggantungkan badan jaring pada tali ris,
·         Srampad atas dan bawah (upper selvedge and under selvedge), adalah susunan mata jaring yang ditambahkan pada badan jaring bagian atas dan bagian bawah. Tujuan pemasangan srampad adalah sebagai penguat badan jaring dan untuk mempermudah pengoperasian jaring,
·         Badan jaring atau jaring utama (main net), adalah bagian dari jaring yang digunakan untuk menangkap ikan,
·         Tali pemberat (sinker line), adalah tali yang dipakai untuk memasang pemberat yang bahannya terbuat dari bahan sintetis seperti haizek, vinylon, polyvinyl chloride, saran atau bahan lainnya yang bisa dijadikan untuk tali pemberat dan
·         Pemberat (sinker), berfungsi untuk menghasilkan gaya berat pada gillnet.


2.1.4        Metode pengoperasian gillnet
          Secara umum pengoperasian gillnet dilakukan secara pasif, tetapi ada juga yang dilakukan secara semi aktif pada siang hari. Pengoperasian gillnet secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari, dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Kemudian gillnet dipasang di perairan yang diperkirakan akan dilewati ikan atau hewan lainnya dan dibiarkan beberapa lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Lama waktu pemasangan gillnet disesuaikan dengan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikan (Martasuganda, 2005).
          Metode pengoperasian alat tangkap gillnet pada umunya terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
·          Persiapan Alat
          Sebelum operasi dimulai semua peralatan dan perbekalan harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Penyusunan gillnet diatas kapal penangkapan ikan disesuaikan dengan susunan peralatan di atas kapal atau tipe kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan demikian gillnet dapat disusun di atas kapal (Hadian, 2005).
·         Waktu Penangkapan
          Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gillnet umumnya dilakukan pada waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan. Dalam satu malam bila bulan gelap penuh operasi penangkapan atau penurunan alat dapat dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gillnet didiamkan terpasang dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam (Hadian, 2005).
·         Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
          Setelah semua peralatan tersusun rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju ke daerah penangkapan (fishing ground). Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk penangkapan ikan dengan menggunakan gillnet adalah (Subani dan Barus, 1989):
1.      bukan daerah alur pelayaran umum
2.      arus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots
3.      dasar perairan tidak berkarang
·         Penurunan Alat
          Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, maka persiapan alat dimulai (Krisnandar, 2001), yaitu:
1.      posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat penurunan alat.
2.      setelah kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan jangkar, pelampung tanda ujung jaring atau lampu, kemudian tali slambar depan, lalu jaring, tali slambar pada ujung akhir jaring atau tali slambar belakang, dan terakhir pelampung tanda.
3.      pada saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut. Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450-900.
·         Penaikan Alat dan Pengambilan Ikan
          Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan sekitar 3-5 jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya. Bila hasil penangkapan baik, jaring dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil penangkapan sangat kurang jaring dapat lebih lama didiamkan di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan lain yang lebih besar (Martasuganda, 2005).

Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alat yaitu dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru jaring, tali selambar muka dan terakhir pelampung tanda. Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari jaring dengan hati-hati agar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan cara memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jaring agar ikan dilepas tidak sampai luka/ rusak. Ikan-ikan yang sudah terlepas dari jaring segera dicuci dengan air laut yang bersih dan langsung dapat disimpan ke dalam kapal, dengan dicampur pecahan es atau garam secukupnya agar ikan tidak lekas membusuk (Subani dan Barus, 1989).